BeritaWilayah

Gunakan Pola, Cara yang Elok, Elegan dan Tidak Menghalalkan Segala Macam Cara Dalam Konferwil IPPAT Jateng Nanti

Yenny Ika Putri Hardiyaniwati,SH, M.Kn.

Bagikan Ke

Wonosobo, halonotariat.id – Pada pelaksanaan gelaran hajad besar peta demokrasi Konferensi Wilayah IPPAT Jawa Tengah (Jateng) yang akan direncanakan berlangsung di Tjee Sunan Hotel Kota Surakarta pada Sabtu (23/10/2021) mendatang, diprediksi bakalan ramai dan akan tumpah ruwah oleh puluhan anggota PPAT di Jawa Tengah yang akan menyalurkan hak suaranya dalam memilih kedua Calon Ketua Pengurus Wilayah (Caketuwil) Jateng IPPAT periode 2021- 2024, baik dari kubunya Widhi Handoko, maupun dari rivalnya Herlina.

Terkait dengan hal tersebut, Salah seorang PPAT kenamaan, yang juga Ketua Pengda Kabupaten Wobosono Ikatan Notaris Indonesia (INI), Yenny Ika Putri Hardiyaniwati, SH, MKn., dalam kesempatan perbincangannya dengan halonotariat.id di kantornya (30/9/2021) mengatakan bahwa dalam Konferwil IPPAT Jateng di Kota Surakarta nanti, diharapkan Calon Ketua Pengwil IPPAT Jateng bisa memakai pola dan tata cara yang elok, elegan dan mengedepankan etika dong.

Dan sebaliknya, jangan malah membabi-buta dengan menghalalkan segala macam cara, semata-mata hanya untuk melampiaskan hasrat politiknya dalam mendulang lumbung suara pada Konferwil IPPAT Jateng tersebut.

Menurut Yenny Ika Putri, pada situasi dan kondisi (Sikon) seperti sekarang ini, jelas berbeda dalam melakukan Pemilihan. Baik itu Kongres INI-.IPPAT maupun Konferwil INI-IPPAT. Karena sikon yang semakin kompleksitas dan berkembang, maka menuntut pola seorang pemimpin itu, selain harus menguasai lapangan, jelas harus mempunyai pengalaman (jam terbang yang tinggi) dan jaringan/ networking yang kuat.

Selain itu juga dituntut kemampuannya untuk mengayomi anggota. Lalu juga bisa “Ngayomi” atau membikin rasa aman dan betah seluruh anggotanya.

Yenny Ika menambahkan, “jangan cuma pencitraan doang lah”. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah action atau tindakan nyata untuk membela anggota disaat anggotanya lagi ditimpa persoalan hukum.

Baca Lainnya:  Peran Kementerian ATR/BPN dalam Memitigasi Polusi Udara pada Aspek Tata Ruang dan Pertanahan

Misalnya seperti yang bisa dilihat dalam kasus- kasus yang terjadi di INI itukan sebenarnya kasus-kasus PPAT. Notaris itu hanya ” kecipratan”.

Masih kata Yenny Ika, “terus kita tahu PPAT minta tolongnya ke Notaris, jarang sekali Notaris minta tolong ke PPAT. Karena apa?, saya nggak ngerti ya kenapa?. Yang jelas seseorang yang diandalkan untuk membantu ini, ada digaris seberang, bukan digaris yang akan kita usung (IPPAT) yang akan kita pilih ini”.

Jadi kenapa dirinya itu lebih memilih seorang Widhi Handoko?, Jawabnya, “terkadang lepas dari sikapnya yang keras atau “bras- beres”, tetapi sosok ini saya nilai mampu mengayomi”.

Mengayomi itu dijelaskannya, tidak hanya dituntut dari karakter dan kemampuan. Tapi juga dari networkingnya. Jadi kriteria seorang pemimpin yang ideal dimasa sekarang ini menurutnya adalah yang memiliki multi talenta. Sehingga dapat dikembangkan ke arah yang menjurus. Seperti pada kehidupan yang bersifat pribadi, itu buatnya sudah nggak pantas.

Kehidupan Pribadi itu ungkapnya jangan lah disangkut pautkan dengan cara dia memimpin. Karena itu merupakan hal yang berbeda. Tetapi, semakin meningkat ke sini. Komoditas pribadi yang disorot sebagai bahan untuk menyerang dalam bersosialisasi atau kampanye .

Hal itu menurutnya sesuatu cara yang keji. Sehingga kehidupan pribadi seharusnya tidak menjadi profesional atau bagian strategi untuk menyerang rivalnya dalam Caketuwil IPPAT . Akan lebih baik, terang Yenny Ika Putri, menebar simpati dengan berbagai cara, yang bisa memajukan Anggota. Salah satunya IQ kemampuan, uji pengetahuan, dalam meraih simpati dengan cara yang tidak membatasi kegiatan konstituennya.

Dalam artiannya untuk saat ini, “Kita sedang akan punya hajat Konferwil IPPAT Jateng, lalu pada saat berselang nanti, akan ada Konferwil INI.  Dan jika kita masih merasa bukan kubunya, maka akan menghalangi konstituennya untuk mendatang”.

Baca Lainnya:  Konferwil Yogyakarta INI Penuh Suka Cita, Agung Herning Kembali Terpilih

Ditambahkannya, “dia melepas, dia memberikan izin, dia mengajak dan merangkul semua anggota, maka bukan tidak mungkin dia akan meraih simpati. Tetapi jika cara-cara seperti tdak konstituen digunakan, maka kita tidak pernah mengalami yang namanya kemajuan. Usia kita sudah banyak, janganlah cara- cara yang kolot itu terus dipaksakan dan dilakukan”.

Sebetulnya cara-cara seperti itu diuraikannya, hanya memperlihatkan bagaimana karakter kita saja. Sebab karakter itu akan terlihat pada saat kita keluar rumah. Disisi lain, orang terkadang berkomentar kalau “waton njeplak” atau asal ngomong, tidak berdasarkan data dan fakta. Tidak tahu persoalan, tidak tahu hulu ke hilir , tidak tahu sikon dan dia hanya membaca, lalu menarik kesimpulan. “Akibatnya apa?, yaitu sesuatu yang sudah lurus maka akan menjadi bengkok”, Ungkap Yenny Ika.

Yenny Ika menilai, hal- hal tersebut tidak perlu dilakukan. Karena Pejabat Umum punya pendidikan yang cukup tinggi, sehingga harus mempunyai karakter dan cara-cara bagaimana berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Apalagi dalam situasi yang rawan konflik seperti saat ini.

Dicontohkannya lagi, “jika ada pemilihan, kita mau pesan kamar, sudah diblok. Dan itu kalau bukan kubunya, tidak dikasih. Perilaku tersebut akan tidak pas buat saya, karena setiap orang mempunyai hak yang sama”.

Jadi namanya mau ada hajad Konferwil IPPAT, kamar itu sudah penuh, diblok menjadi sesuatu hal yang sudah biasa. “Sampai kapan kita itu akan menjadi lebih baik lagi, lebih dewasa dengan umur kita saat ini,” Tutup Yenny Ika Putri mengakhiri pembicaraannya. (ZN/ Red)

Bagikan Ke

admin
the authoradmin
error: Dilarang Copas !!