Bali, halonotariat.id – Neka Art Museum adalah sebuah museum seni lukis dan keris yang berlokasi di Ubud, provinsi Bali, Indonesia, yang dibuka sejak 1976 dan diresmikan pada 7 juli 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Joesoef, didirikan oleh Pande Wayan Suteja Neka yang berasal dari keluarga seniman.
Salah satu menantu Pande Wayan Suteja Neka merupakan Notaris/PPAT Gianyar Bali yang bernama Ida Bagus Weda Utama, SH., M.Kn. Dirinya menuturkan (24/12/2022), Ayah dari mertuanya, Wayan Neka (1917-1980) pada tahun 1960 mendapat penghargaan sebagai pemahat terbaik Provinsi Bali.
Wayan Neka juga menjadi pemahat Bali pertama yang membuat patung garuda setinggi tiga meter dalam New York World Fair 1964 dan kemudian juga untuk Expo’70 Osaka , Jepang.
Terdorong oleh prestasi itu, mertuanya, Pande Wayan Sutedja Neka, ikut terlibat dalam dunia seni rupa, yang mulai dengan menyimpan karya-karya seni bermutu dan bersejarah (kolektor seni), terutama karya seni lukis, karena berkawan dekat dengan Rudolf Bonnet dan Arie Smit.
Di tahun 1975, ayah mertuanya bersama Rudolf Bonnet berkeliling Eropa guna mengunjungi dan mempelajari beberapa museum seni dan galeri. Dan dari perjalanan itulah, meneguhkan niat Pande Wayan Sutedja Neka untuk mendirikan museum seni di Bali.
Bangunan museum bukan berupa satu gedung besar melainkan sebuah kompleks yang terdiri dari tujuh bagian didesain berdasarkan pola tradisional Bali.
Bagian utama kompleks adalah Natah (taman terbuka), selain itu juga ada Bale Adat (tempat beristirahat dan koleksi patung) di halaman belakang museum serta Bale Sumanggen (bangunan serbaguna).
Pemajangan lukisan dikelompokkan berdasarkan tema, gaya dan prestasi sang seniman yang merefleksikan perkembangan seni lukis di Bali.
Fokus koleksi Neka Art Museum telah memperluas ruang lingkupnya untuk memasukkan karya-karya lain dari Indonesia yang menunjukkan tempat seni Bali dalam konteks nasional yang lebih luas. Seperti pajangan permanen pusaka dan keris Indonesia dibuka secara resmi pada tahun 2007.
Secara keseluruhan, Neka Art Museum merupakan mikrokosmos lukisan tradisional dan modern yang terkenal di Bali dulu dan sekarang.
Diluas lahan hampir 1Ha itu, meliputi Aula Masuk tiket yang juga menawarkan buku, kartu pos, cetakan, dan banyak barang suvenir lainnya.
Paviliun Pertemuan: Bale dangin (paviliun timur sisi terbuka), yang memiliki beberapa karya seni yang dipajang. Paviliun Arie Smit, Photografy Center tampilan foto hitam putih karya Robert A. Koke (Amerika) yang diambil antara tahun 1937-1941 tentang para penari, upacara dan kehidupan desa. Paviliun Lempad, Karya unik Gusti Nyoman Lempad, seniman paling terkenal di Bali.
Paviliun Seni Kontemporer Indonesia, bahkan terpampang karya seni Pelukis Arif afandi. Paviliun Seni Timur dan barat serta ruang keris peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali dan Nasional.
Selain itu, dari foto-foto yang terpampang di dinding museum itu menceritakan, pernah di kunjungi berbagai pejabat tinggi Nasional maupun internasional. Mulai dari Presiden RI Soeharto sampai Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad. (Den/red)